• Home
  • LIGHT Services
    • Training
    • Coaching
    • Leadership Awareness
    • Online Learning
    • Business Growth Partner
  • Info Training
    • Business Acumen Training
    • Interviewing Skill
    • Process Improvement
    • Leadership Program
    • Assertive Communication
    • Positive Leadership
    • Positive Teamwork
    • Value-Based Selling
    • Negotiation Training
    • LEAN Transformation
    • Effective Communication
    • Managing Sales Process
    • Train The Trainer
    • Thinking Skills
    • Visible Felt Leadership
    • Key Account Management
    • Pelatihan 5S
    • CSMS
    • Business Presentation
    • Electrical Safety
    • Sales Hunter Accelerator
  • Tentang LIGHT
  • Trainer & Coach
  • Artikel
  • Hubungi LIGHT
  • Lainnya
    • Home
    • LIGHT Services
      • Training
      • Coaching
      • Leadership Awareness
      • Online Learning
      • Business Growth Partner
    • Info Training
      • Business Acumen Training
      • Interviewing Skill
      • Process Improvement
      • Leadership Program
      • Assertive Communication
      • Positive Leadership
      • Positive Teamwork
      • Value-Based Selling
      • Negotiation Training
      • LEAN Transformation
      • Effective Communication
      • Managing Sales Process
      • Train The Trainer
      • Thinking Skills
      • Visible Felt Leadership
      • Key Account Management
      • Pelatihan 5S
      • CSMS
      • Business Presentation
      • Electrical Safety
      • Sales Hunter Accelerator
    • Tentang LIGHT
    • Trainer & Coach
    • Artikel
    • Hubungi LIGHT
  • Home
  • LIGHT Services
    • Training
    • Coaching
    • Leadership Awareness
    • Online Learning
    • Business Growth Partner
  • Info Training
    • Business Acumen Training
    • Interviewing Skill
    • Process Improvement
    • Leadership Program
    • Assertive Communication
    • Positive Leadership
    • Positive Teamwork
    • Value-Based Selling
    • Negotiation Training
    • LEAN Transformation
    • Effective Communication
    • Managing Sales Process
    • Train The Trainer
    • Thinking Skills
    • Visible Felt Leadership
    • Key Account Management
    • Pelatihan 5S
    • CSMS
    • Business Presentation
    • Electrical Safety
    • Sales Hunter Accelerator
  • Tentang LIGHT
  • Trainer & Coach
  • Artikel
  • Hubungi LIGHT

Artikel

Menjadi Trainer: Investasi Berharga Bagi Pengembangan Manager

Mungkin Anda pernah diberi tugas oleh manajemen perusahaan untuk membawakan topik-topik tertentu sebagai trainer internal. Menjadi trainer internal di dalam organisasi dalam rangka membantu karyawan lain untuk mempelajari sebuah ketrampilan akan menjadi sebuah pengalaman pembelajaran yang berharga bagi seorang Manager. Mengapa demikian? : 

1. Proses penyiapan dan penyampaian materi pelatihan dapat memperkuat pengetahuan manager akan bidang keahliannya dan mengidentifikasi adanya gap dalam pemahaman mereka.

2. Dalam proses memberikan training seorang manager akan belajar mengkomunikasikan informasi yang kompleks dengan cara yang jelas, ringkas, dan menarik. Kemampuan ini merupakan hal yang penting dalam setiap peran kepemimpinan. 

3.Sebagai seorang trainer, manager harus mampu mengantisipasi pertanyaan peserta training dan menjawabnya secara efektif. Hal ini dapat membantu manajer mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan problem solving mereka. 

4. Menjadi seorang trainer juga akan membantu para manajer untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Hal ini dapat dapat berguna agar manager dapat mengidentifikasi areas of improvement dalam tugas-tugas maupun bidang pekerjaan mereka.


Salam,

LIGHT Train The Trainer Program: 


Artikel 10 Agustus 2019

Jebakan Mental (bag 2)

Minggu  lalu kita sudah membahas mengenai beberapa jebakan mental yang berpotensi menghambat efektifitas kerja dan kehidupan Anda. Berikut ini adalah daftar lanjutan dari jebakan-jebakan mental lainnya. 


Resistance

Ketika perubahan tidak bisa dihindari Anda tidak mau berubah karena sudah merasa nyaman dengan hal yang biasa Anda lakukan.


Procrastination

Anda mengerjakan hal-hal lain yang tidak penting supaya Anda terhindar dari hal-hal penting yang seharusnya Anda tuntaskan.


Division

Anda terobsesi untuk melakukan begitu banyak hal atau memecahkan berbagai persoalan sekaligus dalam suatu waktu. Akibatnya Anda cemas tak berkesudahan atau tidak bisa mengurai masalah satu persatu. 


Acceleration

Anda tergesa-gesa melakukan sesuatu walaupun tidak menjamin hasil akhirnya akan lebih baik, malah berpotensi menambah kerugian baru. Anda cuma ingin cepat-cepat saja menuntaskannya.


Regulation

Anda melakukan segala sesuatu sesuai "aturan" padahal beberapa situasi justru membutuhkan spontanitas belaka. 


Formulation

Anda berusaha menjelaskan panjang lebar sesuatu hal karena Anda merasa harus melakukannya. Padahal beberapa hal dalam hidup ini tidak perlu dijelaskan tetapi sekedar dinikmati atau disyukuri.


Nah, semua jebakan mental ini kiranya menjadi bahan bagi kita untuk bermawas diri sehingga  cara berpikir, kualitas kerja dan hidup kita menjadi lebih baik.  Kita perlu mengenali kecenderungan-kecenderungan berpikir yang kurang menguntungkan dan mengambil langkah positif untuk merubahnya menjadi tindakan maupun cara berpikir yang lebih adaptif. 


Selamat Belajar!


Billy Latuputty, S.Psi, Psikolog, LCPC


Kenali diri Anda lebih baik lewat Leaders Awareness Program

Cari tahu selengkapnya

Artikel 4 Agustus 2019

Jebakan Mental (bag 1)

  

Berpikir sama alamiahnya seperti bernafas. Ia dapat terjadi secara spontan, tanpa kita sadari. Masalahnya, tidak semua proses berpikir itu membawa manfaat untuk pertumbuhan pribadi kita. Terkadang kita justru terjebak dalam kebiasaan-kebiasaan berpikir yang menghabiskan energi tetapi tidak memberi nilai tambah yang berarti. 


Psikolog Andre Kulka dalam bukunya "Mental Traps" (Jebakan Mental) memaparkan berbagai kebiasaan berpikir ini. Silahkan disimak daftar berikut, siapa tahu Anda sering melakukannya:


Persistence

Anda bertahan ingin menuntaskan suatu aktivitas yang sesungguhnya sudah tidak lagi bernilai. Alih-alih menghentikannya Anda merasa harus “menuntaskan” apa yang Anda sudah mulai. Padahal ketika Anda berhenti melakukannya, Anda punya waktu untuk melakukan hal-hal lain yang lebih berguna. 


Amplification

Anda berupaya terlalu keras untuk mencapai sebuah tujuan yang sesungguhnya bisa diraih tanpa upaya yang keras. Anda melakukan analisis yang rumit untuk suatu masalah yang sebetulnya cukup dipecahkan dengan common sense saja. Akhirnya Anda sulit menikmati hidup. 


Fixation

Ketika Anda sudah melakukan segala hal yang Anda bisa, namun ternyata hasil akhirnya ditentukan oleh keadaan di luar kendali Anda, maka Anda “membunuh waktu” dengan khawatir berlebihan, mengeluh, bahkan menjadi apatis. Anda sesungguhnya bisa beralih mengerjakan hal-hal lain yang lebih berguna daripada melakukan itu semua.


Reversion

Ada kalanya usaha Anda gagal, dimana tidak ada lagi yang bisa Anda lakukan. Anda terpuruk dan menyesali keadaan. Anda meratapi keadaan yang tidak bisa diubah. Anda tenggelam dalam rasa bersalah dan malu yang berkepanjangan.  


Anticipation

Anda tergesa-gesa memulai sebuah pekerjaan lebih awal dari yang seharusnya. Padahal memulai lebih dulu tidak akan membuat hasil kerja Anda lebih baik. Bisa jadi situasi tiba-tiba berubah atau tujuan yang Anda ingin capai sudah tidak relevan lagi. Buru-buru memulai akhirnya menghasilkan prework, rework atau  non-valuable work yang tentunya sia-sia.


Sejauh ini, jebakan mental mana saja yang menghalangi kebahagiaan dan efektifitas pekerjaan Anda?


Masih ada 6 jebakan lagi. Kita sambung minggu depan...


Billy Daniel Latuputty, S.Psi, Psikolog, LCPC


LIGHT Coaching programs

LIGHT Training programs

Article 19 Jan 2019

Mari tercebur dengan sengaja! - Becoming a Learning Architect

Kalau Anda mengevaluasi pertumbuhan diri serta perkembangan karir Anda sejauh ini, bisakah Anda menemukan hal-hal apa saja yang paling berkontribusi terhadap kemajuan Anda? Apakah karena Anda belajar dari mengikuti berbagai pelatihan dan sertifikasi? Apakah Anda belajar dari membaca buku tentang “How to manage Your career”? Apakah karena Anda belajar bisnis dari mentor atau coach yang hebat? Atau sesungguhnya Anda berkembang karena pengalaman nyata dalam menerapkan suatu ketrampilan atau menghadapi situasi-situasi yang menantang? 


Pengalaman adalah guru terbaik. Terdengar klise bukan? Namun itulah fakta tak terbantahkan dari pertumbuhan kita. Misalnya, meskipun Anda tidak pernah mendapatkan training formal tentang bagaimana menangani keluhan pelanggan, tetapi pengalaman menghadapi ratusan pelanggan murka karena layanan buruk bisa mengajarkan Anda tentang artinya pengendalian emosi. Sama halnya ketika kreativitas berpikir Anda berkembang karena dipaksa putar otak dan susah tidur gara-gara menanggung “dosa warisan” dari pendahulu Anda. Seorang rekan kerja saya yang bingung karena penyakit gugupnya selalu kambuh, akhirnya menemukan kepercayaan dirinya ketika ia harus berkali-kali tampil di muka umum. Buat saya sendiri, pengalaman bertransisi dari seorang HR person menjadi seorang Sales person beberapa tahun yang lalu, telah membawa banyak manfaat bagi profesi saya saat ini sebagai konsultan. 


Jangan salah sangka. Saya tidak bilang pelatihan tidak ada gunanya, atau belajar dari mentor hanya buang waktu. Aktivitas-aktivitas itu tentu punya sumbangan tesendiri terhadap perkembangan Anda. Pelatihan, buku, mentoring, bisa membentuk kerangka pikir yang tepat di benak Anda.  Namun apalah artinya menghabiskan dana jutaan rupiah untuk belajar di kelas, kalau Anda tidak menerapkan yang anda pelajari dalam aktivitas sehari-hari. Aplikasi langsung di lapangan tetap penting bukan? Seberapa banyakpun ilmu yang kita serap dari para senior atau seberapapun insight yang kita dapatkan dari proses coaching, kalau wawasan itu cuma menjadi sekumpulan niat yang tak terlaksana atau pengetahuan yang tidak terkonfirmasi dalam realita, sayang bukan? Sama halnya Anda tidak bisa belajar mengemudi mobil cuma dari membaca buku manual, atau hanya dengan 1 jam seminggu mengamati instruktur Anda mengendalikan stir. 


Mari tercebur dengan sengaja!


Kabar gembiranya, di samping ratusan pengalaman tak terduga yang menampar dan menghajar kita tanpa ampun, sesungguhnya kita bisa merancang sendiri pengalaman-pengalaman belajar yang diinginkan. Misalnya, kalau Anda merasa kurang percaya diri berbicara di depan umum, mengapa tidak bernegosiasi dengan atasan untuk memberi Anda kesempatan lebih banyak melakukan presentasi? Kalau Anda merasa kurang gaul dan wawasan bisnis Anda terbatas, mengapa tidak terlibat dalam proyek lintas fungsi atau kepanitiaan family outing yang memungkinkan Anda berinteraksi dengan banyak orang dari divisi lain? Untuk mengembangkan sebuah kemampuan ada beragam pengalaman belajar yang Anda bisa pilih dan rancang. Kalau Anda sering dengar kata-kata “tercebur sambil belajar berenang sendiri” atau “dijorokin ke kolam”, mengapa tidak dengan sengaja  Anda tercebur namun dengan tujuan belajar yang jelas? Anda bisa mulai dari menentukan kompetensi yang Anda kembangkan, lalu pilihlah pengalaman nyata yang bisa membentuk kompetensi tersebut. 


Paling tidak ada tiga keuntungan yang Anda dapat dari sebuah pengalaman belajar. Pertama, pengalaman itu akan membentuk kemampuan Anda, yang mana jauh lebih berharga daripada Anda cuma duduk termangu-mangu di comfort zone. Kedua, Anda bisa melihat tantangan dan kesulitan dengan lebih positif karena Anda tahu manfaatnya untuk pengembangan diri Anda. Ketiga, Anda belajar memegang kendali atas karir Anda sendiri, bukan pasrah menerima keadaan. Hebatnya, semua manfaat ini berlaku bukan hanya bagi pengalaman-pengalaman belajar yang Anda rancang sendiri, tetapi juga untuk pengalaman-pengalaman belajar tak terduga. Oiya, ada manfaat keempat juga sih. Belajar dari pengalaman biasanya lebih murah daripada merogoh kocek pribadi atau perusahaan untuk pelatihan jutaan rupiah. 


Menjadi Learning Architect 


Kalau Anda sudah sukses bertumbuh dari pengalaman dan karir Anda berkembang, jangan lupa untuk merekayasa pengalaman-pengalaman belajar untuk bawahan-bawahan Anda. Tapi jangan cuma bilang “Ah saya dulu juga kayak kamu, belajar dari nol, masak kamu yang lebih muda gak bisa”. Salah satu kelebihan Anda sebagai pemimpin adalah, wawasan dan pengalaman Anda lebih banyak dari bawahan. Mendiskusikan manfaat dan tujuan dari sebuah pengalaman belajar akan menolong bawahan untuk memetik pelajaran dengan lebih cepat dan mengurangi resistensi mereka akan perubahan. Alih-alih menjanjikan promosi, lebih baik membicarakan manfaat dari pengalaman belajar itu bagi si bawahan, sambil tetap memastikan ia berkomitmen dan bertanggung jawab atas perkembangan dirinya sendiri. 

 

So, what’s next? 


Jadi, kalau besok-besok Anda diminta atasan untuk mewakili beliau dalam meeting dengan sejumlah kepala divisi lain, jangan cuma mengeluh, siapa tahu itu peluang belajar. Kalau Anda diminta memulai sebuah proyek dari nol, dengan data dan sumber daya yang minim, jangan menolak dulu, pikirkan manfaatnya bagi tujuan karir Anda ke depan. Kalau Anda punya atasan yang “sulit”, jangan patah arang, petik manfaatnya, pelajari kelebihan-kelebihannya, dan berusahalah menjadi atasan yang lebih baik di masa depan.  Kalau Anda diminta mengembangkan bawahan, jangan hanya berhenti pada pelatihan sebagai the one and only solution.

 

Ada berbagai pengalaman belajar yang menanti Anda di depan, dan semuanya berpotensi membentuk Anda menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan lewatkan potensi itu dengan sia-sia. 


Selamat merancang pengalaman belajar!


Ciputat, 19 Januari 2019


Billy Latuputty, S.Psi, Psikolog, LCPC

www.light-learning.com


PS: Terima kasih untuk atasan-atasan saya di masa lalu yang memberikan saya pengalaman belajar luar biasa!

Mengambil Keputusan

Sebuah jabatan dapat memberikan kekuasaan formal kepada seorang pemimpin untuk mengambil tindakan, tetapi jabatan tidak serta merta menganugerahkan keberanian bagi sang pemimpin untuk mengambil sebuah keputusan. Orang bisa pandai menganalisa berbagai kemungkinan tetapi tetap bernyali kecil untuk melangkah maju. Pemimpin bisa punya jabatan sebesar kapal induk, tetapi tetap berjiwa kerdil layaknya amuba ketika ia melarikan diri dari sebuah keputusan besar.


Sesungguhnya baik pengikut maupun pemimpin sama-sama harus menanggung resiko. Pengikut mengambil resiko untuk mempercayakan diri kepada seorang pemimpin dengan harapan ia dapat memberikan arah, tujuan dan rasa aman. Selalu ada resiko bahwa pemimpin tidak bertindak sesuai dengan harapan dan mementingkan dirinya sendiri. Menjadi pemimpin layaknya menerima mandat dari pengikut untuk menunjukkan jalan di muka. Sebagai imbal baliknya, pemimpin harus berani mengambil keputusan-keputusan, baik keputusan kecil maupun besar, yang berisiko tinggi maupun berisiko rendah demi kesejahteraan orang-orang yang dipimpin.


Mengambil keputusan memang bukanlah tujuan akhir dari sebuah tugas kepemimpinan. Pengambilan keputusan adalah sebuah proses untuk menuju tujuan yang lebih besar yaitu menjaga kepentingan bersama, mencapai tujuan bersama dan mensejahterakan hidup bersama. Kalau seorang pemimpin ragu dalam mengambil keputusan, bahkan melemparkan beban resiko itu kepada orang lain, maka ia gagal memahami tujuan utama ia menjadi pemimpin, yaitu membawa kelompoknya atau orang-orang yang dipimpinnya ke arah yang lebih baik.


Billy Latuputty - LIGHT


Hak Cipta © 2025 PT Cahaya Daya Edukasi - Semua Hak Dilindungi Undang-undang.

  • Home
  • Online Learning
  • Trainer & Coach
  • Artikel

Didukung oleh

Kebijakan Cookie

Situs web ini menggunakan cookie. Dengan terus menggunakan situs ini, berarti Anda menerima penggunaan cookie kami.

Terima & Tutup